Rabu, 21 Mei 2014

pengelolaan limbah

ARTIKEL PENGELOLAAN
LIMBAH RUMAH TANGGA
Mahasiswa Untan Sulap Limbah Jadi Air Bersih
Kamis, 1 Maret 2012 09:07 WIB
TRIBUNNEWS.COM,PONTIANAK - Ide tiga mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan)  Pontianak, tentang inovasi pengolahan limbah rumah tangga pada lahan terbatas di perkotaan memikat dewan juri Lomba Teknologi Terapan Tingkat Nasional Islamic Engineering Days. Mereka pun pulang dengan gelar juara III lomba yang digelar di Universitas Indonesia.
Astra Wijaya bersama dua rekannya, Ardy Rubinatta dan Zulfika Yunita, mencatatkan prestasi dengan meraih peringkat ketiga dalam lomba yang diadakan oleh Forum Ukuwah dan Studi Islam Fakultas Teknik UI di Depok, Sabtu (25/2/2012) lalu.
Astra dan kedua rekannya menciptakan alat Vertikultur Waste Treatment (VWT) yang merupakan inovasi pengolahan limbah rumah tangga pada lahan terbatas di perkotaan.
Produk ini selain untuk memfilter limbah rumah tangga, juga dapat dimanfaatkan sebagai media hiasan di pekarangan sempit.
"Ide ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah perkotaan, yang selalu menimbulkan masalah baru. Aktivitas sehari-hari warga, baik mencuci, memasak, dan sebagainya dapat menimbulkan limbah baik padat  dan cair," ujar mahasiswa semester 6 Teknik Lingkungan Untan ini kepada Tribunpontianak.co.id, Selasa (28/2/2012).
Permasalahannya, limbah tersebut banyak yang dibuang langsung ke lingkungan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu, padahal limbah tersebut banyak mengandung zat pencemar lingkungan.Astra dan teman-temannya kemudian menciptakan teknologi sederhana pengolahan limbah dengan sistem Constructed  Wetland atau rawa buatan yang memanfaatkan tumbuh-tumbuhan pendegradasi zat pencemar, di antaranya papirus, bambu air, selada, dan eceng gondok, serta filter di antaranya kerikil, pasir, tanah.
Ardy Rubinatta menambahkan, alat dan bahan yang digunakan adalah pipa PVC, Letter L, Letter T, keran, pompa, pasir, kerikil, tanah, dan tanaman.
Biaya pembuatan alat itu tergantung dari keinginan pemilik. Satu tingkatan alat itu seharga 70 ribuan. "Semakin banyak tingkatan, semakin baik penurunan kadar pencemar," ujar  mahasiswa semester akhir Program Studi  Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Untan ini.
Alat ini, menurut Ardy, menggunakan sistem vertikal di mana air dipompa terlebih dahulu baru dialirkan ke alat pengolahan sederhana tersebut. Selain fungsi tersebut, alat ini juga dapat dijadikan sebagai taman perumahan karena memiliki estetika yang tinggi. Meskipun air hasil pengolahan limbah dari hasil filtrasi pengolahan limbah ini masih belum dapat digunakan langsung untuk keperluan sehari-hari, namun sudah dapat menurunkan kadar berbahaya yang dikandungnya.
Astra mengungkapkan, saat teknologi ini dipamerkan di Anggrek Mall Depok, sejumlah pengunjung mengaku kagum. "Kalau dibeli, berapa ya, harganya," ujar Astra menirukan satu di antara pengunjung tersebut. Astra mengatakan akan terus mengembangkan ide tersebut untuk dapat diterapkan langsung di masyarakat, mulai dari asrama-asrama mahasiswa dengan sistem permanen dengan tembok beton. Dia mengatakan, selanjutnya akan menuangkan ide dalam  pengolahan limbah dan air bersih yang siap digunakan sehari-hari. Namun, mereka juga membutuhkan dukungan semua pihak, terutama pemerintah, agar karya mereka bisa dipatenkan dan bermanfaat untuk masyarakat.
Pembantu Dekan III Fakultas Teknik Untan, Feri Hadari, mengatakan, Astra  merupakan sosok berprestasi. Astra juga pernah beberapa kali meraih prestasi lainnya. Di antaranya ikut serta dalam Festival Pemuda Berprestasi Kemenpora 2010 di Jakarta, ikut serta dalam Inovasi Iptek Pemuda 2011, finalis Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan di Surabaya 2011, serta lolos dalam tim ekspedisi biodiesel Jawa-Bali 2012. Ardy yang  merupakan kelahiran Mempawah, 4 Desember 1987, juga sudah beberapa kali meraih prestasi di antaranya Implementasi Juara 1 Lomba Karya Tulis Dies Natalis ke-51 Untan 2010, finalis Pimnas XXIII Denpasar, Bali, 2010, finalis Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan (LITL) 2011 ITS Surabaya, memperoleh dana Dikti dari Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis tahun 2011 Dekan Fakultas Teknik Untan, Ir Junaidi, menyatakan akan terus memberi dukungan kepada mahasiswa-mahasiswanya dalam berinovasi.
"Sebenarnya, bicara aktivitas kemahasiswaan, banyak sekali hasil inovasi mereka. Tiap tahun akan kita inventarisir hasil ide mereka, di antaranya dari kegiatan yang menonjol baik kegiatan sosial, dan kemasyarakatan. Kreativitas tersebut  tidak terlepas dari partisipasi dosen-dosen sesuai bidangnya, sehingga kita akan terus memotivasi mahasiswa," ujarnya
ANALISIS BERITA

            Pada 25 februari 2012 lalu tiga mahasiswa Universitas Tanjungpura,Pontianak yakni Astra Wijaya,Ardy Rubinata, dan Zulfika Yunita telah berhasil menemukan alat untuk sistem pengelolaan limbah rumah tangga pada lahan yang terbatas yang sederhana tapi mudah diterapkan di masyarakat. Latar belakang mereka menciptakan ide untuk membuat alat pengelohan limbah rumah tangga tersebut adalah limbah rumah tangga setiap hari dihasilkan oleh seluruh penduduk dari aktivitas sehari-hari mereka  yang dapat menimbulkan limbah baik padat ataupun cair, dan mereka cenderung lebih banyak yang membuang langsung ke lingkungan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu padahal limbah tersebut mengandung zat pencemar lingkungan.
            Vertikultur Waste Treatment (VWT) adalah sistem yang mereka ciptakan untuk pengelohan limbah rumah tangga pada lahan terbatas di perkotaan khususnya limbah rumah tangga dalam bentuk cair. VWT adalah teknologi sederhana pengolah limbah rumah tangga menggunakan sistem constructed wetland atau rawa buatan yang memanfaatkan tumbuhan pendegradasi zat pencemar di antaranya; papirus,bamboo  air,selada,dan eceng gondong serta menggunakan filter alam yakni kerikil,tanah,dan pasir. Alat ini menggunakan sistem vertical dimana air dipompa terlebih dahulu baru dialirkan ke alat pengolahan sederhana tersebut, meskipun air hasil pengolahan limbah dari filtrasi tersebut masih belum dapat digunakan n langsung untuk keperluan sehari-hari namun sudah dapat menurunkan kadar berbahaya yang dikandungnya.
            Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan rawa buat tersebut di lingkungan rumah ,diantaranya adalah :
1.      Pipa PVC
2.      Letter L
3.      Letter T
4.      Keran
5.      Pompa
6.      Pasir,kerikil,dan tanah
7.      Serta tanaman pendegradasi zat pencemarn
Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan rawa pengolah limbah tersebut secara sederhana adalah sekitar Rp 70.000. alat tersebut juga bisa dijadikan hiasan taman disekitar pekarangan rumah yang akan menambah estetika rumah selain digunakan sebagai media pengolah limbah cair hasil produksi rumah tangga.
            Pengolahan limbah rumah tangga dengan cara filtrasi seperti pada artikel tersebut dirasa sangat efektif dalam menanggulangi pencemran lingkungan yang diakibatkan limbah rumah tangga yang dibuang ke lingkungan. Akan lebih baik jika pengolahan limbah cair tersebut bisa dimaksimalkan dan dapat menghasilkan air yang bisa dimanfaatkan kembali untuk keperluan sehari-hari,misal untuk mencuci atau menyiram tanaman. Untuk mengaplikasikan sistem teknologi tersbut ke lingkungan secara komunal misalnya dalam lingkup RT/RW maka saya rasa dapat dibuat rawa buatan seperti itu dengan ukuran yang lebih besar sehingga dapat menampung limbah RT dari setiap RT/RW yang sebelumnya telah disalurkan melalui pipa yang terpasang di dalam tanah layaknya sistem distribusi air PDAM ke setiap rumah, dan hasil pengolahan tersebut yang berupa bisa disalurkan kembali ke kran-kran setiap rumah melalui pipa outlet yang berbeda dari pipa inlet sehingga bisa langsung digunakan untuk keperluan mencuci dan menyiram tanaman.



ARTIKEL
PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK

Pemanfaatan Sampah di Surabaya

“400 Ton Sampah Perhari Disulap Menjadi Pupuk Kompos”

Sumber : detiknews.com

 

Dirilis pada, Jumat, 20/09/2013 12:35 WIB
Kota metropolitan memang rentan dengan masalah sampah. Namun, Surabaya berusaha keras mengatasinya. Salah satu caranya dengan menyulap sampah menjadi pupuk kompos. Keberadaan 17 rumah kompos yang tersebar di berbagai sudut kota ini mampu menampung 438 meter kubik (1 meter kubik = 1 ton) sampah rumah tangga setiap harinya. 
"Per hari, 17 rumah kompos menampung 2-3 kontainer sampah dari beberapa titik depo sampah. Tiap kontainer berisi 8 meter kubik (8 ton) sampah," kata Eko, pengawas rumah kompos di Pasar Keputran kepada detik.com, Jumat (20/9/2013).
          
http://images.detik.com/content/2013/09/20/475/komposd.jpgMasing-masing rumah kompos tidak memiliki kapasitas pengolahan kompos yang sama. Ada 5 rumah kompos terbesar yang maksimal bisa menampung 30 ton sampah tiap harinya. Yakni rumah kompos Sonokwijenan, Putat jaya, Bratang, Rungkut Asri, dan Wonorejo. "Sampah yang masuk ke rumah kompos yang besar sekitar 30 meter kubik (30 ton). Itu khusus ditangani 4 pekerja untuk masing-masing rumah kompos besar," pungkas Eko. Sampah yang masuk rumah kompos yang dibawah kendali Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) itu akan dipilah. Yang organik disulap kompos, yang tak bisa didaur ulang akan dibuang ke Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) Sampah di Benowo yang sekarang dikelola swasta.
                                                                         

 

         

            ANALISIS BERITA

            Permasalahan sampah di kota Surabaya yang semakin kompleks membuat pihak pemerintah kota harus segera diatasi dengan cepat dan tepat. Berita yang dirilis pada jumat 20 september 2013 oleh detiknews.com ini menjelaskan tentang pengolahan limbah organic yang dihasilkan oleh warga Surabaya menjadi pupuk kompos.
            Pemerintah kota Surabaya membuat 17 rumah kompos yang tersebar di berbagai sudut kota Surabaya, seluruh rumah kompos ini dapat menampung keseluruhan 438 meter kubik (1 meter kubik = 1 ton ) limbah rumah tangga per harinya, sisitem pengolahan di rumah kompos ini dekelola oleh pihak pemerintah kota Surabaya sendiri. Sampah yang masuk ke rumah kompos terlebih dahulu dipilah dan untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang akan dibuang ke lokasi pembuangan akhir sampah di benowo.
            Kompos merupakan hasil penguraian atau penghancuran dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial (buatan manusia) dengan meningkatkan populasi berbagai mikroorganisme dan cacing dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba – mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
            Manfaat kompos dapat dirasakan oleh berbagai aspek, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:72):
1. Aspek Lingkungan:
a)      Mengurangi polusi udara karena pembakaran  sampah.
b)      Mengurangi kebutuhan lahan untuk menimbun.
c)      Memperpanjang umur TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
2. Aspek Pertanian:
a)      Meningkatkan kesuburan tanah.
b)      Memperbaiki struktur dan karakristik tanah.
c)      Meningkatkan kapasitas serap air.
d)     Meningkatkan aktivitas mikroba dan cacing dalam tanah.
e)      Meningkatkan kwalitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
f)       Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
g)      Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman.
h)      Meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
i)        Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
3. Aspek ekonomi:
a)      Menghemat biaya transportasi / penimbunan limbah.
b)      Mengurang volume / ukuran limbah.
c)      Memiliki nilai jual lebih tinggi daripada bahan asalnya.
d)     Membuka lapangan pekerjaan bila dikelola secara profesional.
Hampir semua bahan organik dapat dijadikan bahan utama untuk membuat kompos, seperti (Hasim & Hedianto, 2010:73):
a)      Limbah organik pertanian, contohnya sisa hasil panen,
b)      batang ranting tanaman, daun – daunan, dan jerami.
c)      Sampah rumah tangga, contohnya sisa sayuran dan makanan.
d)     Limbah pasar, contohnya sayur – sayuran dan buah –
e)      buahan busuk.
a.       Limbah ternak, contohnya kotoran dan sisa pakan.
b.      Limbah industri yang organik, contohnya serbuk gergaji,
f)       ampas tebu, limbah pengolaan tepung kanji, kelapa
g)      sawit dan lain sebagainya.
Sedangakan tempat untuk membuat kompos dapat dibuat menggunakan drum bekas, dus bekas yang sebelumnya telah dilapisi plastik atau karung, ember bekas, atau bisa dengan menggali lubang di pekarangan rumah. Tetapi ada juga keranjang-keranjang yang khusus dibuat untuk membuat kompos agar hasilnya maksimal. Untuk mendapatkan hasil kompos yang baik maka ada langkah-langkah yang harus dilaksanakan, yakni :
1. Pemilahan sampah
Sampah haruslah dipisahkan antara sampah organik (bahan dasar kompos) dan anorganik (plastik, kaca, kaleng). Kualitas kompos yang baik adalah kompos yang tidak tercampur dengan sampah anorganik, karena jika tercampur dengan sampah anorganik hasilnya tidak akan maksimal.
2. Pencacahan bahan organik
Sampah organik dicacah atau dipotong – potong sehingga menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, proses ini dilakukan agar sampah dapat dengan mudah  dan cepat terurai menjadi kompos.
3. Penyusunan
Penyusunan bahan dasar kompos bisa bervariasi, bahan dasar kompos biasanya disusun dengan komposisi sampah organik sebagai bahan dasar sebanyak 70 – 80 persen, tanah 10 – 15 persen dan bahan tambahan 10 – 15 persen, bahan tambahan ini dapat berupa gabah, dedak, kotoran ternak atau kompos yang sudah jadi sebelumnya.
4.  Pencampuran / pengadukan
Proses ini dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan cara membalikkan sampah yang ada pada lapisan bawah ke bagian atas kemudian mengaduknya hingga rata. Hal ini berguna untuk membuang panas berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan, meratakan proses pelapukan, meratakan pemberian air dan membantu menghancurkan bahan organik secara efektif.
5. Penyiraman
Tumpukan kompos harus terjaga dalam kondisi kelembaban yang cukup, maka dari itu dilakukanlah proses penyiraman ketika tumpukan kompos terlalu kering. Cara mengecek kelembaban kompos hanya dengan menggenggamnya, jika ketika diperas tidak mengeluarkan air maka tumpukan bahan kompos tersebut harus disiram air secukupnya. Menyiram menggunakan air cucian beras akan lebih baik karena dapat menambah unsur glukosa dalam kompos.
6. Pematangan
Proses pematangan kompos beragam tergantung bahan dasar organik pembuat kompos, cuaca dan pengolahan yang dilakukan. Proses pematangan berkisar antara 20 – 40 hari dengan menggunakan aktivator, sedangkan sekitar 2 – 6 bulan jika ditimbun secara alami. Ketika tumpukan bagian atas terlihat mulai lapuk,  volume sampah akan menyusut kurang lebih 30 – 40 persen dari volume awal dan kompos berwarna kehitaman, jika ciri – ciri kompos yang baik sudah terlihat maka kompos sudah siap di panen.
7. Penyaringan
Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan jadi dengan bahan yang belum terurai.
8.  Kompos siap digunakan
Kompos yang baik adalah kompos yang terurai dengan sempurna, tidak berbau dan berwarna cokelat kahitaman seperti tanah juga berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar