ARTIKEL
PENGELOLAAN
LIMBAH
RUMAH TANGGA
Mahasiswa Untan Sulap Limbah Jadi Air Bersih
Kamis, 1 Maret 2012 09:07 WIB
TRIBUNNEWS.COM,PONTIANAK - Ide tiga mahasiswa Universitas Tanjungpura
(Untan) Pontianak, tentang inovasi pengolahan limbah rumah tangga pada
lahan terbatas di perkotaan memikat dewan juri Lomba Teknologi Terapan Tingkat
Nasional Islamic Engineering Days. Mereka pun pulang dengan gelar juara III
lomba yang digelar di Universitas Indonesia.
Astra Wijaya
bersama dua rekannya, Ardy Rubinatta dan Zulfika Yunita, mencatatkan prestasi
dengan meraih peringkat ketiga dalam lomba yang diadakan oleh Forum Ukuwah dan
Studi Islam Fakultas Teknik UI di Depok, Sabtu (25/2/2012) lalu.
Astra dan kedua rekannya
menciptakan alat Vertikultur Waste Treatment (VWT) yang merupakan inovasi
pengolahan limbah rumah tangga pada lahan terbatas di perkotaan.
Produk ini selain untuk memfilter limbah rumah tangga, juga dapat dimanfaatkan sebagai media hiasan di pekarangan sempit.
Produk ini selain untuk memfilter limbah rumah tangga, juga dapat dimanfaatkan sebagai media hiasan di pekarangan sempit.
"Ide ini
dilatarbelakangi oleh pertumbuhan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah
perkotaan, yang selalu menimbulkan masalah baru. Aktivitas sehari-hari warga,
baik mencuci, memasak, dan sebagainya dapat menimbulkan limbah baik padat
dan cair," ujar mahasiswa semester 6 Teknik Lingkungan Untan ini kepada
Tribunpontianak.co.id, Selasa (28/2/2012).
Permasalahannya,
limbah tersebut banyak yang dibuang langsung ke lingkungan tanpa ada pengolahan
terlebih dahulu, padahal limbah tersebut banyak mengandung zat pencemar
lingkungan.Astra dan teman-temannya kemudian menciptakan teknologi sederhana
pengolahan limbah dengan sistem Constructed Wetland atau rawa buatan yang
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan pendegradasi zat pencemar, di antaranya papirus,
bambu air, selada, dan eceng gondok, serta filter di antaranya kerikil, pasir,
tanah.
Ardy Rubinatta
menambahkan, alat dan bahan yang digunakan adalah pipa PVC, Letter L, Letter T,
keran, pompa, pasir, kerikil, tanah, dan tanaman.
Biaya pembuatan alat itu
tergantung dari keinginan pemilik. Satu tingkatan alat itu seharga 70 ribuan.
"Semakin banyak tingkatan, semakin baik penurunan kadar pencemar,"
ujar mahasiswa semester akhir Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Untan ini.
Alat ini, menurut Ardy, menggunakan sistem vertikal di mana air dipompa terlebih dahulu baru dialirkan ke alat pengolahan sederhana tersebut. Selain fungsi tersebut, alat ini juga dapat dijadikan sebagai taman perumahan karena memiliki estetika yang tinggi. Meskipun air hasil pengolahan limbah dari hasil filtrasi pengolahan limbah ini masih belum dapat digunakan langsung untuk keperluan sehari-hari, namun sudah dapat menurunkan kadar berbahaya yang dikandungnya.
Alat ini, menurut Ardy, menggunakan sistem vertikal di mana air dipompa terlebih dahulu baru dialirkan ke alat pengolahan sederhana tersebut. Selain fungsi tersebut, alat ini juga dapat dijadikan sebagai taman perumahan karena memiliki estetika yang tinggi. Meskipun air hasil pengolahan limbah dari hasil filtrasi pengolahan limbah ini masih belum dapat digunakan langsung untuk keperluan sehari-hari, namun sudah dapat menurunkan kadar berbahaya yang dikandungnya.
Astra
mengungkapkan, saat teknologi ini dipamerkan di Anggrek Mall Depok, sejumlah
pengunjung mengaku kagum. "Kalau dibeli, berapa ya, harganya," ujar
Astra menirukan satu di antara pengunjung tersebut. Astra mengatakan akan terus
mengembangkan ide tersebut untuk dapat diterapkan langsung di masyarakat, mulai
dari asrama-asrama mahasiswa dengan sistem permanen dengan tembok beton. Dia
mengatakan, selanjutnya akan menuangkan ide dalam pengolahan limbah dan
air bersih yang siap digunakan sehari-hari. Namun, mereka juga membutuhkan
dukungan semua pihak, terutama pemerintah, agar karya mereka bisa dipatenkan
dan bermanfaat untuk masyarakat.
Pembantu Dekan
III Fakultas Teknik Untan, Feri Hadari, mengatakan, Astra merupakan sosok
berprestasi. Astra juga pernah beberapa kali meraih prestasi lainnya. Di
antaranya ikut serta dalam Festival Pemuda Berprestasi Kemenpora 2010 di
Jakarta, ikut serta dalam Inovasi Iptek Pemuda 2011, finalis Lomba Inovasi
Teknologi Lingkungan di Surabaya 2011, serta lolos dalam tim ekspedisi
biodiesel Jawa-Bali 2012. Ardy yang merupakan kelahiran Mempawah, 4
Desember 1987, juga sudah beberapa kali meraih prestasi di antaranya Implementasi
Juara 1 Lomba Karya Tulis Dies Natalis ke-51 Untan 2010, finalis Pimnas XXIII
Denpasar, Bali, 2010, finalis Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan (LITL) 2011
ITS Surabaya, memperoleh dana Dikti dari Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan
Tertulis tahun 2011 Dekan Fakultas Teknik Untan, Ir Junaidi, menyatakan akan
terus memberi dukungan kepada mahasiswa-mahasiswanya dalam berinovasi.
"Sebenarnya,
bicara aktivitas kemahasiswaan, banyak sekali hasil inovasi mereka. Tiap tahun
akan kita inventarisir hasil ide mereka, di antaranya dari kegiatan yang
menonjol baik kegiatan sosial, dan kemasyarakatan. Kreativitas tersebut
tidak terlepas dari partisipasi dosen-dosen sesuai bidangnya, sehingga kita
akan terus memotivasi mahasiswa," ujarnya
http://www.tribunnews.com/regional/2012/03/01/mahasiswa-untan-sulap-limbah-jadi-air-bersih Diakses tanggal 14 maret 2014
ANALISIS
BERITA
Pada
25 februari 2012 lalu tiga mahasiswa Universitas Tanjungpura,Pontianak yakni
Astra Wijaya,Ardy Rubinata, dan Zulfika Yunita telah berhasil menemukan alat
untuk sistem pengelolaan limbah rumah tangga pada lahan yang terbatas yang
sederhana tapi mudah diterapkan di masyarakat. Latar belakang mereka
menciptakan ide untuk membuat alat pengelohan limbah rumah tangga tersebut
adalah limbah rumah tangga setiap hari dihasilkan oleh seluruh penduduk dari
aktivitas sehari-hari mereka yang dapat
menimbulkan limbah baik padat ataupun cair, dan mereka cenderung lebih banyak
yang membuang langsung ke lingkungan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu
padahal limbah tersebut mengandung zat pencemar lingkungan.
Vertikultur Waste Treatment (VWT)
adalah sistem yang mereka ciptakan untuk pengelohan limbah rumah tangga pada
lahan terbatas di perkotaan khususnya limbah rumah tangga dalam bentuk cair.
VWT adalah teknologi sederhana pengolah limbah rumah tangga menggunakan sistem
constructed wetland atau rawa buatan yang memanfaatkan tumbuhan pendegradasi
zat pencemar di antaranya; papirus,bamboo
air,selada,dan eceng gondong serta menggunakan filter alam yakni
kerikil,tanah,dan pasir. Alat ini menggunakan sistem vertical dimana air
dipompa terlebih dahulu baru dialirkan ke alat pengolahan sederhana tersebut,
meskipun air hasil pengolahan limbah dari filtrasi tersebut masih belum dapat
digunakan n langsung untuk keperluan sehari-hari namun sudah dapat menurunkan
kadar berbahaya yang dikandungnya.
Alat dan bahan yang digunakan untuk
pembuatan rawa buat tersebut di lingkungan rumah ,diantaranya adalah :
1. Pipa PVC
2. Letter L
3. Letter T
4. Keran
5. Pompa
6. Pasir,kerikil,dan tanah
7. Serta tanaman pendegradasi zat pencemarn
Biaya yang dibutuhkan
dalam pembuatan rawa pengolah limbah tersebut secara sederhana adalah sekitar
Rp 70.000. alat tersebut juga bisa dijadikan hiasan taman disekitar pekarangan
rumah yang akan menambah estetika rumah selain digunakan sebagai media pengolah
limbah cair hasil produksi rumah tangga.
Pengolahan limbah rumah tangga
dengan cara filtrasi seperti pada artikel tersebut dirasa sangat efektif dalam
menanggulangi pencemran lingkungan yang diakibatkan limbah rumah tangga yang
dibuang ke lingkungan. Akan lebih baik jika pengolahan limbah cair tersebut
bisa dimaksimalkan dan dapat menghasilkan air yang bisa dimanfaatkan kembali
untuk keperluan sehari-hari,misal untuk mencuci atau menyiram tanaman. Untuk
mengaplikasikan sistem teknologi tersbut ke lingkungan secara komunal misalnya
dalam lingkup RT/RW maka saya rasa dapat dibuat rawa buatan seperti itu dengan
ukuran yang lebih besar sehingga dapat menampung limbah RT dari setiap RT/RW
yang sebelumnya telah disalurkan melalui pipa yang terpasang di dalam tanah
layaknya sistem distribusi air PDAM ke setiap rumah, dan hasil pengolahan
tersebut yang berupa bisa disalurkan kembali ke kran-kran setiap rumah melalui
pipa outlet yang berbeda dari pipa inlet sehingga bisa langsung digunakan untuk
keperluan mencuci dan menyiram tanaman.
ARTIKEL
PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK
Pemanfaatan Sampah di
Surabaya
“400 Ton Sampah Perhari Disulap Menjadi Pupuk Kompos”
Sumber : detiknews.com
Dirilis pada, Jumat, 20/09/2013 12:35 WIB
Kota metropolitan memang rentan dengan masalah
sampah. Namun, Surabaya berusaha keras mengatasinya. Salah satu caranya dengan
menyulap sampah menjadi pupuk kompos. Keberadaan 17 rumah kompos yang tersebar di berbagai
sudut kota ini mampu menampung 438 meter kubik (1 meter kubik =
1 ton) sampah rumah tangga setiap harinya.
"Per hari, 17 rumah kompos menampung 2-3 kontainer sampah dari beberapa titik depo sampah. Tiap kontainer berisi 8 meter kubik (8 ton) sampah," kata Eko, pengawas rumah kompos di Pasar Keputran kepada detik.com, Jumat (20/9/2013).
"Per hari, 17 rumah kompos menampung 2-3 kontainer sampah dari beberapa titik depo sampah. Tiap kontainer berisi 8 meter kubik (8 ton) sampah," kata Eko, pengawas rumah kompos di Pasar Keputran kepada detik.com, Jumat (20/9/2013).
Masing-masing rumah kompos tidak memiliki
kapasitas pengolahan kompos yang sama. Ada 5 rumah kompos terbesar yang
maksimal bisa menampung 30 ton sampah tiap harinya. Yakni rumah kompos
Sonokwijenan, Putat jaya, Bratang, Rungkut Asri, dan Wonorejo. "Sampah yang masuk ke rumah
kompos yang besar sekitar 30 meter kubik (30 ton). Itu khusus ditangani 4
pekerja untuk masing-masing rumah kompos besar," pungkas Eko. Sampah yang masuk rumah kompos yang dibawah kendali
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) itu akan dipilah. Yang organik disulap
kompos, yang tak bisa didaur ulang akan dibuang ke Lokasi Pembuangan Akhir
(LPA) Sampah di Benowo yang sekarang dikelola swasta.
ANALISIS
BERITA
Permasalahan sampah di kota Surabaya
yang semakin kompleks membuat pihak pemerintah kota harus segera diatasi dengan
cepat dan tepat. Berita yang dirilis pada jumat 20 september 2013 oleh
detiknews.com ini menjelaskan tentang pengolahan limbah organic yang dihasilkan
oleh warga Surabaya menjadi pupuk kompos.
Pemerintah kota Surabaya membuat 17
rumah kompos yang tersebar di berbagai sudut kota Surabaya, seluruh rumah
kompos ini dapat menampung keseluruhan 438 meter kubik (1 meter kubik = 1 ton )
limbah rumah tangga per harinya, sisitem pengolahan di rumah kompos ini
dekelola oleh pihak pemerintah kota Surabaya sendiri. Sampah yang masuk ke
rumah kompos terlebih dahulu dipilah dan untuk sampah yang tidak bisa didaur
ulang akan dibuang ke lokasi pembuangan akhir sampah di benowo.
Kompos merupakan hasil penguraian
atau penghancuran dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial (buatan manusia) dengan meningkatkan populasi berbagai mikroorganisme
dan cacing dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab. Sedangkan pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba – mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi.
Manfaat kompos dapat dirasakan oleh
berbagai aspek, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:72):
1. Aspek
Lingkungan:
a) Mengurangi
polusi udara karena pembakaran sampah.
b) Mengurangi
kebutuhan lahan untuk menimbun.
c) Memperpanjang
umur TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
2. Aspek
Pertanian:
a) Meningkatkan
kesuburan tanah.
b) Memperbaiki
struktur dan karakristik tanah.
c) Meningkatkan
kapasitas serap air.
d) Meningkatkan
aktivitas mikroba dan cacing dalam tanah.
e) Meningkatkan
kwalitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
f) Menyediakan
hormon dan vitamin bagi tanaman.
g) Menekan
pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman.
h) Meningkatkan
ketersediaan hara dalam tanah.
i)
Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
3. Aspek
ekonomi:
a) Menghemat
biaya transportasi / penimbunan limbah.
b) Mengurang
volume / ukuran limbah.
c) Memiliki
nilai jual lebih tinggi daripada bahan asalnya.
d) Membuka
lapangan pekerjaan bila dikelola secara profesional.
Hampir
semua bahan organik dapat dijadikan bahan utama untuk membuat kompos, seperti
(Hasim & Hedianto, 2010:73):
a) Limbah
organik pertanian, contohnya sisa hasil panen,
b) batang
ranting tanaman, daun – daunan, dan jerami.
c) Sampah
rumah tangga, contohnya sisa sayuran dan makanan.
d) Limbah
pasar, contohnya sayur – sayuran dan buah –
e) buahan
busuk.
a. Limbah
ternak, contohnya kotoran dan sisa pakan.
b. Limbah
industri yang organik, contohnya serbuk gergaji,
f) ampas
tebu, limbah pengolaan tepung kanji, kelapa
g) sawit
dan lain sebagainya.
Sedangakan tempat untuk membuat kompos dapat dibuat menggunakan
drum bekas, dus bekas yang sebelumnya telah dilapisi plastik atau karung, ember
bekas, atau bisa dengan menggali lubang di pekarangan rumah. Tetapi ada juga
keranjang-keranjang yang khusus dibuat untuk membuat kompos agar hasilnya
maksimal. Untuk mendapatkan hasil kompos yang baik maka ada langkah-langkah
yang harus dilaksanakan, yakni :
1. Pemilahan sampah
Sampah
haruslah dipisahkan antara sampah organik (bahan dasar kompos) dan anorganik
(plastik, kaca, kaleng). Kualitas kompos yang baik adalah kompos yang tidak
tercampur dengan sampah anorganik, karena jika tercampur dengan sampah
anorganik hasilnya tidak akan maksimal.
2. Pencacahan bahan organik
Sampah
organik dicacah atau dipotong – potong sehingga menjadi bagian – bagian yang
lebih kecil, proses ini dilakukan agar sampah dapat dengan mudah dan cepat terurai menjadi kompos.
3. Penyusunan
Penyusunan
bahan dasar kompos bisa bervariasi, bahan dasar kompos biasanya disusun dengan
komposisi sampah organik sebagai bahan dasar sebanyak 70 – 80 persen, tanah 10
– 15 persen dan bahan tambahan 10 – 15 persen, bahan tambahan ini dapat berupa
gabah, dedak, kotoran ternak atau kompos yang sudah jadi sebelumnya.
4. Pencampuran / pengadukan
Proses
ini dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan cara membalikkan sampah yang
ada pada lapisan bawah ke bagian atas kemudian mengaduknya hingga rata. Hal ini
berguna untuk membuang panas berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam
tumpukan, meratakan proses pelapukan, meratakan pemberian air dan membantu
menghancurkan bahan organik secara efektif.
5. Penyiraman
Tumpukan
kompos harus terjaga dalam kondisi kelembaban yang cukup, maka dari itu
dilakukanlah proses penyiraman ketika tumpukan kompos terlalu kering. Cara
mengecek kelembaban kompos hanya dengan menggenggamnya, jika ketika diperas
tidak mengeluarkan air maka tumpukan bahan kompos tersebut harus disiram air
secukupnya. Menyiram menggunakan air cucian beras akan lebih baik karena dapat
menambah unsur glukosa dalam kompos.
6. Pematangan
Proses
pematangan kompos beragam tergantung bahan dasar organik pembuat kompos, cuaca
dan pengolahan yang dilakukan. Proses pematangan berkisar antara 20 – 40 hari
dengan menggunakan aktivator, sedangkan sekitar 2 – 6 bulan jika ditimbun
secara alami. Ketika tumpukan bagian atas terlihat mulai lapuk, volume sampah akan menyusut kurang lebih 30 –
40 persen dari volume awal dan kompos berwarna kehitaman, jika ciri – ciri
kompos yang baik sudah terlihat maka kompos sudah siap di panen.
7. Penyaringan
Proses
penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan jadi dengan bahan yang
belum terurai.
8. Kompos siap digunakan
Kompos
yang baik adalah kompos yang terurai dengan sempurna, tidak berbau dan berwarna
cokelat kahitaman seperti tanah juga berefek baik jika diaplikasikan pada
tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar