BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
P-Process merupakan salah satu unsur dalam komunikasi kesehatan. P-Process merupakan sebuah tahapan dari
sebuah perencanaan program kesehatan. Dimana program ini bertujuan untuk
meningkatkan sikap, pengetahuan, dan tindakan dari masyarakat. Sebagai contoh dalam
melakukan sebuah penyuluhan. Meskipun penyuluhan yang dilakukan hanya sederhana, tetap diperlukan
sebuah perencanaan dengan tujuan agar kegiatan penyuluhan yang dilakukan akan
berjalan sesuai dengan harapan. Untuk itulah P-Process sangat diperlukan.
Sampah adalah hasil
sisa yang tidak disukai/dibuang, tidak berguna yang menghasilkan hasil samping
dan akhirnya menjadi beban lingkungan. Semakin banyak jumlah penduduk, maka
sampooah yang dihasilkan juga semakin banyak.
Sekarang ini, sampah
merupakan sisa hasil kegiatan/hasil samping yang harus difikirkan cara
pengolahannya agar tidak menjadi beban lingkungan.
Dewasa ini,
permasalahan terkait sampah masih menjadi momok bagi masyarakat. Sampah masih
berserakan dimana-mana juga akibat dari sikap, perilaku, dan kebiasaan
masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat tidak ingin sampah tersebut menjadi
pengganggu dan penyebab penyakit bagi dirinya, maka diharapkan mereka tidak
membuang sampah sembarangan dan mampu memanfaatkan sampah itu dengan baik.
Selain itu, masyarakat diharapkan juga mampu meminimalisasi sampah, bukan malah
menambah jumlah sampah. Untuk itu, kami berusaha menganalisa permasalahan
sampah ini dengan menggunakan P-Process
melalui sebuah program bernama “Desa Bebas Sampah.”
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Analisis
2.1.1
Analisis Situasi
2.1.1.1 Kebijakan
yang Ada Sebelumnya
Pemerintah telah
membuat kebijakan untuk menangani masalah sampah yang semakin merisaukan
masyarakat, seperti adanya Undang-Undang No.32 tahun 2009 mengenai Lingkungan
Hidup, pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura. Sebenarnya
kebijakan-kebijakan yang telah dicanangkan sudah baik, akan tetapi masyarakat
saja yang kurang kesadarannya untuk ikut serta dalam menangani sampah. Mereka
hanya berkoak-koak tanpa melakukan apapun dalam menghadapi sampah, dan akhirnya
mengeluh pada pemerintah ketika sampah yang mereka hasilkan telah menimbulkan
banyak kerugian. Misalnya, masyarakat sekitar sungai sering membuang sampahnya
ke sungai. Akibatnya sungai dipenuhi sampah, airnya kotor, alirannya pun tidak
lancar. Ketika hujan tiba, banjir pun tidak dapat dielakkan. Rumah masyarakat
sekitar sungai akhirnya terendam banjir. Apabila kejadian ini terjadi, tak ayal
mayarakat juga yang dirugikan. Masyarakat yang menciptakan, masyarakat juga
yang menerima akibatnya. Belum berhasilnya kebijakan yang ada dikarenakan
sinergi antara kebijakan yang dibuat pemerintah bersama kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan.
2.1.1.2 Keparahan
dan Penyebab Masalah
Sampah-sampah yang
berserakan, terutama ditumpukan sampah yang berlebihan dapat mengundang lalat,
pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan, mencemari udara, tanah dan air.
Sehingga dampak negatif yang ditimbulkan cukup banyak. Dampak yang dapat
ditimbulkan sampah, antara lain :
-
Diare, kolera, dan
tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan
pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum
masyarakat. Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah dengan pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.
-
Selama ini ada anggapan
bahwa sampah menimbulkan pemanasan global. Berdasarkan penelitian anggapan
tersebut tidak 100% benar. Sampah yang dibuang begitu saja berkontribusi dalam
mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat menghasilkan gas metan (CH4)
yang dapat merusak atmosfer bumi. Rata-rata tiap satu ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metan. Gas metan itu sendiri mempunyai kekuatan merusak
hingga 20-30 kali lebih besar dari karbondioksida (CO2). Gas metan
berada di atmosfer selama sekitar 7-10 tahun dan dapat meningkatkan suhu
sekitar 1,30 C per tahun.
-
Sampah dapat
menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan, salah satunya yang dibuang
ke sungai atau aliran air lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan menyumbat
aliran air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akan meluap
menyebabkan banjir.
-
Sampah juga dapat
mengurangi nilai estetika.
2.1.1.3 Halangan
dan Pendukung Perubahan Perilaku yang Diinginkan
o Halangan
perubahan:
§ Tempat
yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya. Tempat yang asal mulanya terdapat
banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan
diperbolehkan di tempat itu. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk membuang
sampahnya di tempat itu.
§ Norma
dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat
pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya
suatu perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah
sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah
sembarangan.
o Pendukung
Perilaku yang Diinginkan
§ Perilaku
seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan kesadaran dari dirinya sendiri.
Contohnya si A tinggal di lingkungan yang terbiasa dengan hidup bersih dan
selalu menjaga kebersihan. Ketika si A berada pada lingkungan yang berlawanan
dengan lingkungan awalnya, dia akan berusaha untuk merubah atau memperbaiki
lingkungan tersebut sesuai dengan lingkungan yang diharapkannya atau dia pindah
ke lingkungan yang sesuai dengan harapannya.
2.1.1.4 Problem
Statement
a. Sistem
belief masyarakat terhadap perilaku
membuang sampah.
è Persepsi
masyarakat yang menganggap bahwa membuang sampah sembarangan bukan suatu hal
yang salah dan wajar untuk dilakukan. Pada umumnya mereka sering mengabaikan
sampah yang ada. Bahkan tidak jarang yang berfikir kalau sampah yang berserakan
bukan bagian dari tanggung jawabnya, terutama jika sampah tersebut bukan
berasal dari dirinya.
b. Norma
dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan tetangga.
è Pengaruh
lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab munculnya suatu perilaku
membuang sampah sembarangan. Masalah membuang sembarangan sudah menjadi pola
perilaku di masyarakat yang biasa karena banyak orang melakukannya.
2.1.2
Analisis Audience
2.1.2.1 Menganalisa
kemungkinan kerja sama
Dalam pembuatan program
ini, kita dapat berkerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
masyarakat secara langsung. Dapat juga menggunakan model yang sesuai dengan
program yang akan dilaksanakan. Model yang dimaksud adalah seseorang yang
berpengaruh dan biasanya dijadikan panutan oleh masyarakat sekitar. Selain itu
juga dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, serta Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup.
2.1.2.2 Menganalisa
Sikap dan Perilaku
Menganalisa masalah cara
membuang sampah, sebenarnya masyarakat sudah banyak yang tahu dan paham. Akan
tetapi, masih ada sebagian dari mereka yang belum membuang sampah pada
tempatnya.
Alasan
masyarakat membuang sampah sembarangan :
è Malas
è Tidak
adanya tempat sampah di sembarang tempat
è Cara
berfikir yang salah
2.1.2.3 Akses
Komunikasi
Media komunikasi sudah
menjangkau masyarakat dengan baik. Jadi, program ini selain diberikan secara
langsung pada masyarakat, juga dapat dilakukan melalui media.
2.1.2.4 Kekuatan
Media
Dalam menangani masalah
sampah ini, sudah banyak poster ataupun leaflet
yang disebarkan guna memberikan informasi. Tetapi, nampaknya masih banyak dari
masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk selalu membuang sampah di tempat
yang disediakan.
2.1.2.5 Masalah
Kebutuhan Pelatihan
Dalam hal ini yang perlu melakukan
pelatihan adalah :
Penyuluh
Penyuluh memerlukan
pelatihan mengenai program ini agar dapat melakukan penyuluhan dengan baik dan
menarik, sehingga penerima pesan atau sasaran dapat menerima informasi yang
diberikan dengan baik pula. Selain itu, penyuluh yang baik, juga dapat
memunculkan rasa percaya dalam diri masyarakat tentang informasi yang
diberikan.
2.2
Design Strategy
2.2.1
Tujuan Komunikasi
Teori SMART
v Spesific,
yakni menentukan target atau sasaran yang penting.
-
Apa target yang akan
dicapai
è Target
yang akan dicapai adalah mengurangi, menurunkan, serta diharapkan dapat menghilangkan
kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.
-
Mengapa harus mencapai
target
è Target
harus dicapai untuk mencegah semakin banyaknya penyakit yang bermunculan akibat
sampah, selain itu juga untuk meningkatkan nilai estetika lingkungan yang telah
berkurang akibat sampah.
-
Siapa saja yang
terlibat
è Tokoh
agama, tokoh masyarakat, penyuluh, serta masyarakat
v Measurable,
yakni gambaran mengenai tingkat keberhasilan target.
o Diharapkan,
setelah program ini dijalankan, sebagian besar masyarakat sudah sadar untuk
membuang sampahnya pada tempatnya, bukan menumpuknya di depan rumah, atau
membuangnya ke sungai.
v Achieveable yaitu keyakinan yang dimiliki untuk mencapai target, yakni
memiliki keyakinan bahwa dengan adanya program ini, kebiasaan buruk masyarakat
dapat dirubah.
v Realistic
yaitu dengan adanya program ini diharapkan hampir 50% dari masyarakat yang
dituju, dapat membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
v Timebound,
batasan waktu yang digunakan, yakni selama program dilaksanakan.
2.2.2
Segmentasi
Segmentasinya ditujukan
untuk semua kalangan masyarakat, karena membuang sampah di tempat sampah
merupakan kewajiban semua orang, bukan hanya sebagian orang.
2.2.3
Sasaran
a. Sasaran
primer
è Pada
kegiatan ini yang menjadi sasaran primernya adalah masyarakat luas.
b. Sasaran
sekunder
è Tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lain yang dapat memberikan pengaruh
besar kepada masyarakat luas.
2.2.4
Pendekatan dan
Posisioning
a) Model
Perubahan Perilaku
Model perubahan perilaku yang dimungkinkan adalah Model Kurt
Lewin. Dimana menurut Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan penahan (resisting
forces). Teori ini dinamakan (force
field analysis).
b) Dasar Strategi dan Pendekatan
Dalam hal ini, untuk
merubah perilaku masyarakat memerlukan strategi, seperti menggunakan pendekatan
key person dan juga pendekatan secara
keseluruhan (komunitas). Pendekatan key
person, ditujukan kepada tokoh agama, tokoh mayarakat, atau tokoh lain yang
dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Dengan pendekatan ini
diharapkan togamas dapat membantu kelancaran pelaksanaan program ini. Sedangkan
pendekatan komunitas ditujukan kepada msayarakat luas. Diharapkan masyarakat
akan mampu dan mau berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Jadi masyarakat
tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi mereka juga berperan sebagai
pelaku dari program ini.
c) Alasan
Perubahan Perilaku
Membuang sampah
sembarangan memang bukanlah hal yang amat tabu sekarang. Bahkan telah menjadi
kebiasaan dari banyak orang. Program ini diciptakan, disosialisasikan,
dilaksanakan guna untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan ini. Karena,
semakin banyak orang yang membuang sampah sembarangan, maka akan semakin banyak
pula masalah yang timbul, misalnya :
a. Sampah
di sungai, akan menyebabkan aliran air tidak lancar. Akibatnya terjadi banjir.
b. Tumpukan
sampah di jalan-jalan, mengakibatkan bau yang tidak sedap serta mengurangi
nilai estetika.
c. Tumpukan
sampah dapat digunakan sebagai sarang vektor dan rodent, sehingga berbagai
penyakit akan bermunculan. Contohnya : diare, kolera, tifus, dll.
Apabila
masyarakat masih saja membuang sampahnya sembarangan, maka masalah yang timbul
akan semakin parah. Jadi dengan adanya program ini, diharapkan perilaku
masyarakat akan berubah, sehingga masalah akan berkurang, kesehatan masyarakat
pun terjaga.
d) Menentukan
Posisi
Setelah program ini
dilakukan, diharapkan masyarakat akan mendapatkan berbagai keuntungan, seperti
:
è Fisik
ð Terhindar
dari penyakit
è Material
ð Menekan
biaya pengobatan
ð Mendapatkan
keuntungan dari hasil pemanfaatan sampah. Contohnya memanfaatkan sampah kertas
menjadi frame foto atau lainnya,
dapat memberikan keuntungan materi tersendiri bagi si pembuat.
Untuk
melakukan hal-hal diatas kita harus mempunyai sebuah kiat-kiat dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain:
1. Menentukan
saluran
Saluran atau media
merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sebuah program atau
kegiatan. Dalam kegiatan ini saluran atau media yang dapat digunakan adalah
poster, leaflet, iklan di media
massa, serta lewat pendidikan mengenai kebiasaan membuang sampah dengan benar
sedini mungkin.
2. Susunan
rencana implementasi
ü Jadwal
kerja kegiatan “Desa Bebas Sampah” yang dilaksanakan di Desa Mekar :
-
Memberikan informasi
pelaksanaan kegiatan dengan woro-woro
di desa yang dituju, menyebarkan leaflet,
menempelkan poster-poster.
-
Sosialisasi pentingnya
tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan rumah dan di sungai.
-
Penyuluhan untuk
menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan
pemanfaatan sampah.
-
Melakukan kegiatan
kerja bakti ini rutin pada setiap minggu.
-
Dalam kegiatan ini juga
akan dinilai RT mana yang paling bersih dan paling mampu memanfaatkan sampah
seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.
-
Setiap bulannya, akan
diberikan reward kepada warga yang
menjadi promotor kebersihan RT-nya, serta punishment
bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan yang masih terbiasa
membuang sampah sembarangan. Punishment
ini diberikan setiap harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.
-
Usai kegiatan, akan
diadakan evaluasi mengenai kemajuan dan perubahan sikap dari masyarakat.
Evaluasi dilakukan oleh Togamas didampingi oleh penyuluh.
ü Monitoring
dilaksanakan secara rutin mulai dari perencanaan program, sampai dengan program
ini dilaksanakan dan seterusnya selama program ini masih terus berjalan.
ü Anggaran
Biaya
-
Untuk percetakan poster
dan leaflet yang disebarkan ke Desa
Mekar akan mengeluarkan biaya sekitar Rp 100.000. Poster dan leaflet tersebut
hanya diebarkan pada awal pelaksanaan program.
-
Untuk biaya
implementasi (konsumsi, transportasi, dll), diperkirakan akan mengeluarkan
biaya sebesar Rp 150.000 per minggu.
-
Untuk reward per bulan biayanya diperkirakan
sekitar Rp 200.000.
-
Pemasukan didapatkan
dari iuran rutin dan swadaya dari masyarakat. Mengapa diambil dari swadaya?
Karena pada masyarakat desa, umumnya mereka masih memiliki rasa gotong royong
yang besar dan rasa “sungkan” kepada tetangganya. Biasanya mereka lebih senang
apabila diikutsertakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerja sama.
ü Peran
dan Tanggungjawab Partner
Program ini bekerja
sama dengan Dinas Kesehatan beserta Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.
3. Rencana
Evaluasi dan Monitoring
Evaluasi program adalah
suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan
program. Apabila program yang ada dirasa masih kurang baik, maka bisa dilakukan
evaluasi sehingga dapat diambil keputusan bagaimana cara untuk memperbaikinya.
Evaluasi dilaksanakan mulai dari tahap awal perencanaan program, sampai dengan
seterusnya selama program masih dijalankan. Pada tahap awal, dapat dilakukan
dengan melakukan pre-test kepada
masyarakat mengenai pengetahuan mereka mengenai sampah, seperti bagaimana cara
mereka membuangnya, cara memanfaatkannya, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi
pada tahap pelaksanaan dapat dilakukan dengan post-test, dimana pertanyaan yang diberikan sama dengan pertanyaan
pada pre-test. Diharapkan jawaban
dari masyarakat menjadi lebih baik setelah mendapatkan sosialisasi dan
informasi dari kegiatan ini.
Monitoring dapat diartikan sebagai
kegiatan untuk mengikuti suatu program dan pelaksanaannya secara mantap,
teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati, serta
mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut
Kegiatan
monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang
dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Pada umumnya, monitoring
dilakukan bersamaan dengan evaluasi program. Monitoring
berkaitan dengan pengawasan, supervisi, dan mempunyai hubungan erat dengan
penilaian program.
2.3
Pengembangan dan Uji Coba
2.3.1
Pengembangan
Ø Guideline
Menyusun
kerangka program yang sudah ada. Dengan menambahkan adanya reward dan punisment
sebagai pendorong untuk melakukan tindakan bersih dan sehat tanpa sampah.
Ø Alat
dan bahan
Program
yang akan dijalankan adalah program “Desa Bebas Sampah.” Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:
è Alat-alat
pendukung penyuluhan tentang masalah sampah dan solusinya serta mengenalkan
program “Desa Bebas Sampah” yang akan
dilaksanakan.
Ø Modul
Segala
sesutau yang dibutuhkan dalam pemberian informasi kepada masyarakat, bisa
berupa bahan bacaan atau alat peraga yang sebelumnya telah diuji cobakan kepada
sasaran sekunder.
Ø Media
Media
yang digunakan adalah leaflet yang
disebarkan di setiap desa dan poster yang dipasang di tempat-tempat umum yang
biasa menjadi tempat berkumpulnya warga, misalnya di balai desa, toko, warung,
poskamling dan tempat umum lainnya. Kemudian diadakan kegiatan semacam training
bagi warga mengenai apa yang dibahas dalam leaflet yang telah diterima
masyarakat dan poster yang telah ditempel di berbagai tempat umum. Dari
kegiatan tersebut diharapkan ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya
hidup bersih dan sehat tanpa sampah yang berserakan dimana - mana.
2.3.2
Uji Coba
2.3.2.1
Stakeholder yang sesuai dengan
target
è Dinas
Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang berpengaruh,
diharapkan mampu memberikan masukan mengenai pentingnya membuang sampah pada
tempatnya, serta memberi masukan demi kelancaran program.
2.3.2.2 Sasaran
è Sasaran
primer : masyarakat luas
è Sasaran
sekunder : tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang medukung
kelancaran program
2.3.2.3 FGD
è Dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas permasalahan sampah. Dari diskusi
kelompok tersebut, diharapkan pembuat program memperoleh kritik dan saran yang
dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat program menjadi lebih baik.
2.3.2.4 Revisi
è Revisi
dilakukan setelah tahap uji coba program “Desa Bebas Sampah” terlaksana.
Apabila dalam uji terdapat kesalahan, maka akan dilakukan perbaikan sesuai
dengan kebutuhan.
2.3.2.5 Uji
Coba Ulang
è Uji
coba ulang dilakukan setelah revisi selesai. Dimana program yang telah direvisi
telah siap untuk diuji cobakan kembali sebelum akhirnya dilaksanakan.
2.4
Implementasi dan
Monitoring
2.4.1
Produksi dan Sebar
Dalam
program ini, terdapat berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan, seperti :
-
Sosialisasi pentingnya
tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan rumah dan di sungai.
-
Penyuluhan untuk
menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan
pemanfaatan sampah.
-
Melakukan kegiatan
kerja bakti rutin pada setiap minggu.
-
Memilih RT mana yang
paling bersih dan paling mampu memanfaatkan sampah seperti yang telah
dijelaskan oleh penyuluh.
-
Setiap bulannya, memberikan
reward kepada warga yang menjadi
promotor kebersihan RT-nya, serta memberikan punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan yang
masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment
ini diberikan setiap harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.
Untuk
memperlancar jalannya kegiatan demi keberhasilan program, dibutuhkan cara untuk
menyebarkan informasi pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat. Pembuat program
bisa menyebarkan informasi ini melalui media cetak, seperti poster dan leaflet. Selain itu, bisa juga dengan
menulis artikel-artikel yang berkenaan dengan sampah dan kebersihan lingkungan
untuk selanjutnya diinfromasikan kepada masyarakat.
2.4.2
Latih Petugas Lapang
Melakukan
pelatihan terhadap penyuluh. Penyuluh harus dilatih agar dapat menyampaikan
informasi yang sesuai dengan cara yang menarik, sehingga timbul rasa percaya
dalam diri masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh penyuluh. Hal-hal yang
perlu dilatih antara lain:
a. Kemampuan
untuk menyampaikan materi
b. Kemampuan
untuk mengajak (secara persuasif) dengan retorika serta bahasa penyampaian yang
mudah diterima masyarakat sehingga kesadaran masyarakat akan terbentuk untuk
hidup bersih dan sehat tanpa sampah dengan diadakannya kerja bakti tiap
minggunya.
c. Kemampuan
untuk mensuasanakan masyarakat agar terus bersemangat dan memiliki optimisme
bahwa program ini akan berjalan dengan lancar dan berhasil, bukan hanya sekedar
euforia belaka (sementara).
d. Kemampuan
untuk menjadi pendengar yang baik serta hadir sebagai pemberi solusi masalah
sampah yang ada di lingkungan mereka.
2.4.3
Kerahkan Partisipasi
Kunci
Dalam program ini, bisa
dihadirkan perwakilan dari Dinas Kesehatan atau Dinas Kebersihan dan Lingkugan
Hidup untuk memberikan informasi mengenai sampah, misalnya mengenai dampak
membuang sampah sembarangan dan manfaat dari membuang sampah pada tempatnya.
Selain itu bisa juga dihadirkan orang-orang yang dulunya mempunyai kebiasaan
membuang sampah sembarangan dan sekarang telah menjadi orang yang sukses karena
sampah. Kesuksesan mereka dapat setelah mengetahui bagaimana cara memanfaatkan
sampah dengan baik, misalnya dengan cara daur ulang. Dengan kehadiran
orang-orang seperti ini, diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih
perhatian terhadap sampah dan bukan membuangnya sembarangan.
2.4.4
Manage dan Monitoring
Program
Dalam tahap ini,
kembali diadakan pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh program terhadap masyarakat. Dengan hasil pre-test dan pos-test,
pembuat program dapat mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan dalam program,
sehingga dapat dilakukan evaluasi mencakup seluruh aspek yang mendukung
program. Misalnya, setelah evaluasi diketahui masih terdapat kekurangan pada
pihak panitia dalam mempersiapkan tempat atau keperluan lain. Akhirnya pada
kegiatan selanjutnya, pihak panitia diharapkan dapat mengantisipasi kesalahan
agar kegiatan dapat berjalan lebih baik.
2.4.5
Pengembangan Program
Berdasarkan Hasil Monitoring
Pada tahap 2, terdapat
beberapa kegiatan yang mendukung berjalannya program. Salah satunya yakni
sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan
rumah dan di sungai. Dalam melakukan sosialisasi ini, penyuluh terlalu kaku
saat menyampaikan materinya. Sehingga masyarakat kurang tertarik dengan apa
yang disampaikan. Untuk itu, penyuluh diberikan pelatihan kembali agar pada
kegiatan yang selanjutnya, penyuluh dapat menyampaikan informasi dengan lebih
baik dan menarik.
2.5
Evaluasi
2.5.1
Evaluasi Untuk Mencapai
Tujuan
Dalam evaluasi ini,
pembuat program menilai hasil realisasi program. Dimana dilihat bagaimana
keterkaitan antara perencanaan dengan implementasi dari program. Dengan
melakukan evaluasi, dapat diketahui masalah-masalah apa saja yang timbul dalam
implementasi dari program, meliputi :
a. Pemateri
Pada tahap perencanaan,
diharapkan pemateri dapat menyampaikan informasi dengan baik dan menarik,
sedangkan dalam implementasinya, pemateri tidak mampu melakukannya. Sehingga
untuk mendapatkan kemampan pemateri sesuai yang diharapkan, maka harus
dilakukan pelatihan ulang kepada pemateri. Namun apabila setelah mendapatkan
pelatihan ulang si pemateri masih saja belum mampu menyampaikan informasi
dengan baik dan menarik, maka program ini dapat dilanjutkan melalui media yang
ada.
b. Audience
/ masyarakat
Pada saat pelaksanaan,
bisa terjadi berbagai macam persoalan dalam program ini mengenai masyarakatnya.
Contohnya, masyarakat yang masih pasif dan belum bisa memberikan usulan-usulan
tentang bagaimana cara untuk mengembangkan program. Masyarakat yang pasif ini
bisa terjadi karena mereka masih belum berusaha menyampaikan pendapat atau
aspirasinya dalam diskusi yang dilakukan atau dalam kegitan-kegiatan yang
dilaksanakan.
c. Media
Adanya kesalahan dalam
penggunaan media. Contohnya, leaflet
yang ditempel dan bukannya diberikan kepada masyarakat secara langsung.
2.5.2
Analisa Efek Semua
Aktifitas dan Media
Dalam evaluasi ini,
dilihat apakah program yang dilaksanakan telah mampu menyelesaikan masalah atau
belum. Di sini, pembuat program menyusun report
atau laporan peran program terhadap peningkatan perilaku masyarakat. Setelah
dilaksanakan, program ini telah memberikan dampak positif bagi perubahan
perilaku masyarakat dari yang kurang memperhatikan sampah menjadi peduli dengan
masalah sampah yang sejatinya dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Meskipun telah dapat merubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik, namun
dalam program ini perlu adanya variasi kegiatan yang dapat membuat masyarakat
terus-menerus mempertahankan perilaku yang baik ini.
2.6 Rencana
Ulang
2.6.1
Program Improvement
Program ini membutuhkan
saran/masukan yang didapat dari hasil evaluasi sebelumnya, yakni :
a. Pemateri/penyuluh
yang masih kaku
Untuk mengatasi ini,
akan dilakukan pelatihan lagi terhadap pemateri/penyuluh agar bisa lebih luwes
dalam menyampaikan informasi. Selain itu juga dengan melakukan pengembangan
media.
b.
Audience
/ masyarakat
Untuk masyarakat yang
masih kurang aktif (pasif) dalam menyampaikan aspirasinya, bisa diberikan
pelatihan juga kepada masyarakat. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan
berbicara di depan umum. Selain itu, untuk masyarakat yang memang benar-benar
kurang mampu berbicara di depan umum karena malu, dapat diberikan pelatihan
bagaimana cara menuliskan aspirasi/pendapatnya dalam sebuah surat yang bisa
dimasukkan ke dalam kotak-kotak kecil dengan nama “Kotak Aspirasi”. Kotak-kotak
ini disediakan panitia untuk masyarakat yang ingin menuliskan
aspirasi/pendapatnya.
c. Media
Untuk ini, penyuluh
diberikan pengetahuan juga tentang bagaimana cara menggunakan leaflet, poster, dan media-media yang
lain agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
2.6.2
Masukan Bagi Program
Selanjutnya
Dalam implementasi pada
program selanjutnya, dengan adanya program improvement dapat membuat program
ini berjalan lebih lancar dan lebih baik dari sebelumnya.
§ Sebelum
melakukan penyuluhan kegiatan, pemateri/ penyuluh, benar-benar dilatih supaya
dapat menyampaikan materi dengan baik.
§ Menyediakan “Kotak Aspirasi” untuk masyarakat
sebagai alat untuk menyampaikan aspirasi/pendapatnya.
§ Menggunakan
media sesuai dengan fungsi dan tempatnya. Contohnya, leaflet untuk dibagikan secara langsung pada masyarakat, poster
untuk ditempel, dan lain sebagainya.
2.6.3
Hasil dan Dampak
Hasil yang telah
didapatkan dari program ini adalah adanya kebiasaan masyarakat yang positif
yaitu rutin untuk kerja bakti bersama sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan
lingkungan mereka dari sampah. Apalagi dengan adanya reward yang menambah semangat warga untuk berlomba-lomba untuk
menjadi yang terbaik dalam program ini serta adanya punishment yang nantinya akan membuat orang jera untuk melakukan
pelanggaran membuang sampah sembarangan. Jadi ada kontrol dari masyrakat dan
panitia program dalam mengawasi jalannya program ini.
Dampak yang dihasilkan
dari program ini adalah semakin banyak warga yang tersadarkan dan tergerak
untuk peduli dengan kesehatan lingkungan dari sampah serta mengembangkan
kreativitas warga dalam memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang
sebgai penghasilan tambahan bagi mereka.
2.6.4
Sebarkan Hasil
Segala
kegiatan yang mencakup program ini, terutama ketika pelaksanaannya, dibuatlah
dokumentasi mengenai jalannya pelaksanaan program ini yaitu kerja bakti tiap
minggu serta dibua juga reportase tentang program tersebut ketika dilaksanakan.
Meliput berbagai foto warga yang sedang kerja bakti, foto warga yang mendapat reward atau punishment sehingga warga yang lain pun ikut tergerak untuk ikut
serta dalam program ini. Kemudian bentuk komunitas di jejaring sosial misalnya
facebook untuk menyebarkan opini tentang program yang dijalankan dengan
mengunggah berbagai foto kegiatan, hasil dari kreativitas warga sebagai bukti
program tersebut dijalankan dan terbukti membawa dampak yang positif sehingga
membuat warga yang lain tertarik untuk membuat program yang serupa. Jika ada
kemungkinan kritik dan saran maka dapat menjadi evaluasi bagi program ini untuk
dikembangkan lebih baik ke depannya. Dengan demikian,semakin banyak orang
tertarik dan tersadarkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dari
sampah. Sehingga lingkungan bersih bebas sampah dapat terwujud.
2.6.5
Tentukan Kebutuhan yang
Akan Datang
Setelah dilakukannya
evaluasi, dapat diketahui kebutuhan warga mengingat masyarakat adalah dinamis,
jadi dapat berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman sehingga perlu adanya
revisi dari program ini. Dengan demikian kebutuhan masyarakat yang terus
menerus berubah – ubah membuat program ini harus senantiasa dikembangkan.
Adapun beberapa kebutuhan yang akan datang dari program ini:
a. Perlunya
adanya variasi kegiatan dalam program ini agar masyarakat tidak jenuh, misalnya
seskali menghadirkan tokoh-tokoh yang terkenal akan intelektualnya yang dapat
memotivasi warga untuk hidup bersih.
b. Perlunya
adanya variasi reward yang dapat membuat warga semakin termotivasi.
c. Perlunya
adanya bincang-bincang khusus antar warga dan panitia program guna mendengarkan
keluhan atau kritikan atas program yang dijalankan.
2.6.6
Revisi dan Re-design
Program
Kelemahan dalam program
ini adalah adanya potensi kejenuhan dari warga atas program ini karena hanya
sebagai rutinitas tiap minggu. Jika dilihat dari prosesnya,
program
ini sebenarnya mampu untuk menarik minat masyarakat untuk hidup bersih, namun
tidak menutup kemungkinan adanya kejenuhan dari masyarakat akan kegiatan yang
monoton. Tetapi hal ini bisa dicegah dengan adanya pengembangan program sesuai dengan masyarakat yang dinamis yang
telah disebutkan di pembahasan sebelumnya.
Daftar Pustaka
Aink. 2011. Pengertian
Evaluasi Program, Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program serta Tujuan Evaluasi
Program, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23917/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada 19 November 2013
Anonim.
2008. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT, http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id/sampah/file/384155276_pengelolaan_sampah_berbasis_masyarakat.pdf, diakses pada 13 November 201
Demartoto,Argyo.2010.SosiologiKesehatan,http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/sosiologi-kesehatan1.pdf,
diakses pada 19 November 2013
Marchend,
Sabbath. 2011. Pengolahan Sampah, http://www.sanitasi.or.id/ppsp/wp-content/uploads/pdf/persampahan/materi1/9_pengolahan_sampah.pdf,
diakses pada 13 November 2013