Rabu, 21 Mei 2014

PROGRAM DESA BEBAS SAMPAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
P-Process merupakan salah satu unsur dalam komunikasi kesehatan. P-Process merupakan sebuah tahapan dari sebuah perencanaan program kesehatan. Dimana program ini bertujuan untuk meningkatkan sikap, pengetahuan, dan tindakan dari masyarakat. Sebagai contoh dalam melakukan sebuah penyuluhan. Meskipun penyuluhan yang dilakukan hanya sederhana, tetap diperlukan sebuah perencanaan dengan tujuan agar kegiatan penyuluhan yang dilakukan akan berjalan sesuai dengan harapan. Untuk itulah P-Process sangat diperlukan.
Sampah adalah hasil sisa yang tidak disukai/dibuang, tidak berguna yang menghasilkan hasil samping dan akhirnya menjadi beban lingkungan. Semakin banyak jumlah penduduk, maka sampooah yang dihasilkan juga semakin banyak.
Sekarang ini, sampah merupakan sisa hasil kegiatan/hasil samping yang harus difikirkan cara pengolahannya agar tidak menjadi beban lingkungan.
Dewasa ini, permasalahan terkait sampah masih menjadi momok bagi masyarakat. Sampah masih berserakan dimana-mana juga akibat dari sikap, perilaku, dan kebiasaan masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat tidak ingin sampah tersebut menjadi pengganggu dan penyebab penyakit bagi dirinya, maka diharapkan mereka tidak membuang sampah sembarangan dan mampu memanfaatkan sampah itu dengan baik. Selain itu, masyarakat diharapkan juga mampu meminimalisasi sampah, bukan malah menambah jumlah sampah. Untuk itu, kami berusaha menganalisa permasalahan sampah ini dengan menggunakan P-Process melalui sebuah program bernama “Desa Bebas Sampah.”


BAB II
PEMBAHASAN
2.1            Analisis
2.1.1        Analisis Situasi
2.1.1.1  Kebijakan yang Ada Sebelumnya
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk menangani masalah sampah yang semakin merisaukan masyarakat, seperti adanya Undang-Undang No.32 tahun 2009 mengenai Lingkungan Hidup, pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura. Sebenarnya kebijakan-kebijakan yang telah dicanangkan sudah baik, akan tetapi masyarakat saja yang kurang kesadarannya untuk ikut serta dalam menangani sampah. Mereka hanya berkoak-koak tanpa melakukan apapun dalam menghadapi sampah, dan akhirnya mengeluh pada pemerintah ketika sampah yang mereka hasilkan telah menimbulkan banyak kerugian. Misalnya, masyarakat sekitar sungai sering membuang sampahnya ke sungai. Akibatnya sungai dipenuhi sampah, airnya kotor, alirannya pun tidak lancar. Ketika hujan tiba, banjir pun tidak dapat dielakkan. Rumah masyarakat sekitar sungai akhirnya terendam banjir. Apabila kejadian ini terjadi, tak ayal mayarakat juga yang dirugikan. Masyarakat yang menciptakan, masyarakat juga yang menerima akibatnya. Belum berhasilnya kebijakan yang ada dikarenakan sinergi antara kebijakan yang dibuat pemerintah bersama kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
2.1.1.2  Keparahan dan Penyebab Masalah
Sampah-sampah yang berserakan, terutama ditumpukan sampah yang berlebihan dapat mengundang lalat, pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan, mencemari udara, tanah dan air. Sehingga dampak negatif yang ditimbulkan cukup banyak. Dampak yang dapat ditimbulkan sampah, antara lain :
-          Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum masyarakat. Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah dengan pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.
-          Selama ini ada anggapan bahwa sampah menimbulkan pemanasan global. Berdasarkan penelitian anggapan tersebut tidak 100% benar. Sampah yang dibuang begitu saja berkontribusi dalam mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat menghasilkan gas metan (CH4) yang dapat merusak atmosfer bumi. Rata-rata tiap satu ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metan. Gas metan itu sendiri mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih besar dari karbondioksida (CO2). Gas metan berada di atmosfer selama sekitar 7-10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,30 C per tahun.
-          Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan, salah satunya yang dibuang ke sungai atau aliran air lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan menyumbat aliran air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akan meluap menyebabkan banjir.
-          Sampah juga dapat mengurangi nilai estetika.
2.1.1.3  Halangan dan Pendukung Perubahan Perilaku yang Diinginkan
o   Halangan perubahan:
§  Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya. Tempat yang asal mulanya terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan diperbolehkan di tempat itu. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di tempat itu.
§  Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah sembarangan.
o   Pendukung Perilaku yang Diinginkan
§  Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan kesadaran dari dirinya sendiri. Contohnya si A tinggal di lingkungan yang terbiasa dengan hidup bersih dan selalu menjaga kebersihan. Ketika si A berada pada lingkungan yang berlawanan dengan lingkungan awalnya, dia akan berusaha untuk merubah atau memperbaiki lingkungan tersebut sesuai dengan lingkungan yang diharapkannya atau dia pindah ke lingkungan yang sesuai dengan harapannya.
2.1.1.4  Problem Statement
a.       Sistem belief masyarakat terhadap perilaku membuang sampah.
è Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa membuang sampah sembarangan bukan suatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Pada umumnya mereka sering mengabaikan sampah yang ada. Bahkan tidak jarang yang berfikir kalau sampah yang berserakan bukan bagian dari tanggung jawabnya, terutama jika sampah tersebut bukan berasal dari dirinya.
b.      Norma dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan tetangga.
è Pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab munculnya suatu perilaku membuang sampah sembarangan. Masalah membuang sembarangan sudah menjadi pola perilaku di masyarakat yang biasa karena banyak orang melakukannya.
2.1.2        Analisis Audience
2.1.2.1  Menganalisa kemungkinan kerja sama
Dalam pembuatan program ini, kita dapat berkerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat secara langsung. Dapat juga menggunakan model yang sesuai dengan program yang akan dilaksanakan. Model yang dimaksud adalah seseorang yang berpengaruh dan biasanya dijadikan panutan oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, serta Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.
2.1.2.2  Menganalisa Sikap dan Perilaku
Menganalisa masalah cara membuang sampah, sebenarnya masyarakat sudah banyak yang tahu dan paham. Akan tetapi, masih ada sebagian dari mereka yang belum membuang sampah pada tempatnya.
Alasan masyarakat membuang sampah sembarangan :
è Malas
è Tidak adanya tempat sampah di sembarang tempat
è Cara berfikir yang salah
2.1.2.3  Akses Komunikasi
Media komunikasi sudah menjangkau masyarakat dengan baik. Jadi, program ini selain diberikan secara langsung pada masyarakat, juga dapat dilakukan melalui media.
2.1.2.4  Kekuatan Media
Dalam menangani masalah sampah ini, sudah banyak poster ataupun leaflet yang disebarkan guna memberikan informasi. Tetapi, nampaknya masih banyak dari masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk selalu membuang sampah di tempat yang disediakan.
2.1.2.5  Masalah Kebutuhan Pelatihan
Dalam hal ini yang perlu melakukan pelatihan adalah :
Penyuluh
Penyuluh memerlukan pelatihan mengenai program ini agar dapat melakukan penyuluhan dengan baik dan menarik, sehingga penerima pesan atau sasaran dapat menerima informasi yang diberikan dengan baik pula. Selain itu, penyuluh yang baik, juga dapat memunculkan rasa percaya dalam diri masyarakat tentang informasi yang diberikan.
2.2            Design Strategy
2.2.1        Tujuan Komunikasi
*      Teori SMART
v  Spesific, yakni menentukan target atau sasaran yang penting.
-          Apa target yang akan dicapai
è Target yang akan dicapai adalah mengurangi, menurunkan, serta diharapkan dapat menghilangkan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.
-          Mengapa harus mencapai target
è Target harus dicapai untuk mencegah semakin banyaknya penyakit yang bermunculan akibat sampah, selain itu juga untuk meningkatkan nilai estetika lingkungan yang telah berkurang akibat sampah.
-          Siapa saja yang terlibat
è Tokoh agama, tokoh masyarakat, penyuluh, serta masyarakat
v  Measurable, yakni gambaran mengenai tingkat keberhasilan target.
o   Diharapkan, setelah program ini dijalankan, sebagian besar masyarakat sudah sadar untuk membuang sampahnya pada tempatnya, bukan menumpuknya di depan rumah, atau membuangnya ke sungai.
v  Achieveable yaitu keyakinan yang dimiliki untuk mencapai target, yakni memiliki keyakinan bahwa dengan adanya program ini, kebiasaan buruk masyarakat dapat dirubah.
v  Realistic yaitu dengan adanya program ini diharapkan hampir 50% dari masyarakat yang dituju, dapat membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
v  Timebound, batasan waktu yang digunakan, yakni selama program dilaksanakan.
2.2.2        Segmentasi
Segmentasinya ditujukan untuk semua kalangan masyarakat, karena membuang sampah di tempat sampah merupakan kewajiban semua orang, bukan hanya sebagian orang.
2.2.3        Sasaran
a.       Sasaran primer
è Pada kegiatan ini yang menjadi sasaran primernya adalah masyarakat luas.
b.      Sasaran sekunder
è Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada masyarakat luas.
2.2.4        Pendekatan dan Posisioning
a)      Model Perubahan Perilaku
Model perubahan perilaku yang dimungkinkan adalah Model Kurt Lewin. Dimana menurut Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (resisting forces). Teori ini dinamakan (force field analysis).
b)      Dasar Strategi dan Pendekatan
Dalam hal ini, untuk merubah perilaku masyarakat memerlukan strategi, seperti menggunakan pendekatan key person dan juga pendekatan secara keseluruhan (komunitas). Pendekatan key person, ditujukan kepada tokoh agama, tokoh mayarakat, atau tokoh lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan togamas dapat membantu kelancaran pelaksanaan program ini. Sedangkan pendekatan komunitas ditujukan kepada msayarakat luas. Diharapkan masyarakat akan mampu dan mau berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Jadi masyarakat tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi mereka juga berperan sebagai pelaku dari program ini.
c)      Alasan Perubahan Perilaku
Membuang sampah sembarangan memang bukanlah hal yang amat tabu sekarang. Bahkan telah menjadi kebiasaan dari banyak orang. Program ini diciptakan, disosialisasikan, dilaksanakan guna untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan ini. Karena, semakin banyak orang yang membuang sampah sembarangan, maka akan semakin banyak pula masalah yang timbul, misalnya :
a.       Sampah di sungai, akan menyebabkan aliran air tidak lancar. Akibatnya terjadi banjir.
b.      Tumpukan sampah di jalan-jalan, mengakibatkan bau yang tidak sedap serta mengurangi nilai estetika.
c.       Tumpukan sampah dapat digunakan sebagai sarang vektor dan rodent, sehingga berbagai penyakit akan bermunculan. Contohnya : diare, kolera, tifus, dll.
Apabila masyarakat masih saja membuang sampahnya sembarangan, maka masalah yang timbul akan semakin parah. Jadi dengan adanya program ini, diharapkan perilaku masyarakat akan berubah, sehingga masalah akan berkurang, kesehatan masyarakat pun terjaga.
d)     Menentukan Posisi
Setelah program ini dilakukan, diharapkan masyarakat akan mendapatkan berbagai keuntungan, seperti :
è Fisik
ð  Terhindar dari penyakit
è Material
ð  Menekan biaya pengobatan
ð  Mendapatkan keuntungan dari hasil pemanfaatan sampah. Contohnya memanfaatkan sampah kertas menjadi frame foto atau lainnya, dapat memberikan keuntungan materi tersendiri bagi si pembuat.
Untuk melakukan hal-hal diatas kita harus mempunyai sebuah kiat-kiat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain:
1.      Menentukan saluran
Saluran atau media merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sebuah program atau kegiatan. Dalam kegiatan ini saluran atau media yang dapat digunakan adalah poster, leaflet, iklan di media massa, serta lewat pendidikan mengenai kebiasaan membuang sampah dengan benar sedini mungkin.
2.      Susunan rencana implementasi
ü  Jadwal kerja kegiatan “Desa Bebas Sampah” yang dilaksanakan di Desa Mekar :
-          Memberikan informasi pelaksanaan kegiatan dengan woro-woro di desa yang dituju, menyebarkan leaflet, menempelkan poster-poster.
-          Sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan rumah dan di sungai.
-          Penyuluhan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan pemanfaatan sampah.
-          Melakukan kegiatan kerja bakti ini rutin pada setiap minggu.
-          Dalam kegiatan ini juga akan dinilai RT mana yang paling bersih dan paling mampu memanfaatkan sampah seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.
-          Setiap bulannya, akan diberikan reward kepada warga yang menjadi promotor kebersihan RT-nya, serta punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.
-          Usai kegiatan, akan diadakan evaluasi mengenai kemajuan dan perubahan sikap dari masyarakat. Evaluasi dilakukan oleh Togamas didampingi oleh penyuluh.
ü  Monitoring dilaksanakan secara rutin mulai dari perencanaan program, sampai dengan program ini dilaksanakan dan seterusnya selama program ini masih terus berjalan.
ü  Anggaran Biaya
-          Untuk percetakan poster dan leaflet yang disebarkan ke Desa Mekar akan mengeluarkan biaya sekitar Rp 100.000. Poster dan leaflet tersebut hanya diebarkan pada awal pelaksanaan program.
-          Untuk biaya implementasi (konsumsi, transportasi, dll), diperkirakan akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 150.000 per minggu.
-          Untuk reward per bulan biayanya diperkirakan sekitar Rp 200.000.
-          Pemasukan didapatkan dari iuran rutin dan swadaya dari masyarakat. Mengapa diambil dari swadaya? Karena pada masyarakat desa, umumnya mereka masih memiliki rasa gotong royong yang besar dan rasa “sungkan” kepada tetangganya. Biasanya mereka lebih senang apabila diikutsertakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerja sama.
ü  Peran dan Tanggungjawab Partner
Program ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan beserta Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.
3.      Rencana Evaluasi dan Monitoring
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program. Apabila program yang ada dirasa masih kurang baik, maka bisa dilakukan evaluasi sehingga dapat diambil keputusan bagaimana cara untuk memperbaikinya. Evaluasi dilaksanakan mulai dari tahap awal perencanaan program, sampai dengan seterusnya selama program masih dijalankan. Pada tahap awal, dapat dilakukan dengan melakukan pre-test kepada masyarakat mengenai pengetahuan mereka mengenai sampah, seperti bagaimana cara mereka membuangnya, cara memanfaatkannya, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi pada tahap pelaksanaan dapat dilakukan dengan post-test, dimana pertanyaan yang diberikan sama dengan pertanyaan pada pre-test. Diharapkan jawaban dari masyarakat menjadi lebih baik setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari kegiatan ini.
Monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut
Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Pada umumnya, monitoring dilakukan bersamaan dengan evaluasi program. Monitoring berkaitan dengan pengawasan, supervisi, dan mempunyai hubungan erat dengan penilaian program.
2.3            Pengembangan dan Uji Coba
2.3.1        Pengembangan
Ø  Guideline
Menyusun kerangka program yang sudah ada. Dengan menambahkan adanya reward dan punisment sebagai pendorong untuk melakukan tindakan bersih dan sehat tanpa sampah.
Ø  Alat dan bahan
Program yang akan dijalankan adalah program “Desa Bebas Sampah.” Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:
è Alat-alat pendukung penyuluhan tentang masalah sampah dan solusinya serta mengenalkan program “Desa Bebas Sampah”  yang akan dilaksanakan.
Ø  Modul
Segala sesutau yang dibutuhkan dalam pemberian informasi kepada masyarakat, bisa berupa bahan bacaan atau alat peraga yang sebelumnya telah diuji cobakan kepada sasaran sekunder.
Ø  Media
Media yang digunakan adalah leaflet yang disebarkan di setiap desa dan poster yang dipasang di tempat-tempat umum yang biasa menjadi tempat berkumpulnya warga, misalnya di balai desa, toko, warung, poskamling dan tempat umum lainnya. Kemudian diadakan kegiatan semacam training bagi warga mengenai apa yang dibahas dalam leaflet yang telah diterima masyarakat dan poster yang telah ditempel di berbagai tempat umum. Dari kegiatan tersebut diharapkan ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat tanpa sampah yang berserakan dimana - mana.
2.3.2        Uji Coba
2.3.2.1  Stakeholder yang sesuai dengan target
è Dinas Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang berpengaruh, diharapkan mampu memberikan masukan mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya, serta memberi masukan demi kelancaran program.
2.3.2.2  Sasaran
è Sasaran primer : masyarakat luas
è Sasaran sekunder : tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang medukung kelancaran program
2.3.2.3  FGD
è Dengan membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas permasalahan sampah. Dari diskusi kelompok tersebut, diharapkan pembuat program memperoleh kritik dan saran yang dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat program menjadi lebih baik.
2.3.2.4  Revisi
è Revisi dilakukan setelah tahap uji coba program “Desa Bebas Sampah” terlaksana. Apabila dalam uji terdapat kesalahan, maka akan dilakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan.
2.3.2.5  Uji Coba Ulang
è Uji coba ulang dilakukan setelah revisi selesai. Dimana program yang telah direvisi telah siap untuk diuji cobakan kembali sebelum akhirnya dilaksanakan.
2.4            Implementasi dan Monitoring
2.4.1        Produksi dan Sebar
Dalam program ini, terdapat berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan, seperti :
-          Sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan rumah dan di sungai.
-          Penyuluhan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan pemanfaatan sampah.
-          Melakukan kegiatan kerja bakti rutin pada setiap minggu.
-          Memilih RT mana yang paling bersih dan paling mampu memanfaatkan sampah seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.
-          Setiap bulannya, memberikan reward kepada warga yang menjadi promotor kebersihan RT-nya, serta memberikan punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.
Untuk memperlancar jalannya kegiatan demi keberhasilan program, dibutuhkan cara untuk menyebarkan informasi pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat. Pembuat program bisa menyebarkan informasi ini melalui media cetak, seperti poster dan leaflet. Selain itu, bisa juga dengan menulis artikel-artikel yang berkenaan dengan sampah dan kebersihan lingkungan untuk selanjutnya diinfromasikan kepada masyarakat.
2.4.2        Latih Petugas Lapang
Melakukan pelatihan terhadap penyuluh. Penyuluh harus dilatih agar dapat menyampaikan informasi yang sesuai dengan cara yang menarik, sehingga timbul rasa percaya dalam diri masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh penyuluh. Hal-hal yang perlu dilatih antara lain:
a.       Kemampuan untuk menyampaikan materi
b.      Kemampuan untuk mengajak (secara persuasif) dengan retorika serta bahasa penyampaian yang mudah diterima masyarakat sehingga kesadaran masyarakat akan terbentuk untuk hidup bersih dan sehat tanpa sampah dengan diadakannya kerja bakti tiap minggunya.
c.       Kemampuan untuk mensuasanakan masyarakat agar terus bersemangat dan memiliki optimisme bahwa program ini akan berjalan dengan lancar dan berhasil, bukan hanya sekedar euforia belaka (sementara).
d.      Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta hadir sebagai pemberi solusi masalah sampah yang ada di lingkungan mereka.
2.4.3        Kerahkan Partisipasi Kunci
Dalam program ini, bisa dihadirkan perwakilan dari Dinas Kesehatan atau Dinas Kebersihan dan Lingkugan Hidup untuk memberikan informasi mengenai sampah, misalnya mengenai dampak membuang sampah sembarangan dan manfaat dari membuang sampah pada tempatnya. Selain itu bisa juga dihadirkan orang-orang yang dulunya mempunyai kebiasaan membuang sampah sembarangan dan sekarang telah menjadi orang yang sukses karena sampah. Kesuksesan mereka dapat setelah mengetahui bagaimana cara memanfaatkan sampah dengan baik, misalnya dengan cara daur ulang. Dengan kehadiran orang-orang seperti ini, diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih perhatian terhadap sampah dan bukan membuangnya sembarangan.
2.4.4        Manage dan Monitoring Program
Dalam tahap ini, kembali diadakan pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program terhadap masyarakat. Dengan hasil pre-test dan pos-test, pembuat program dapat mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan dalam program, sehingga dapat dilakukan evaluasi mencakup seluruh aspek yang mendukung program. Misalnya, setelah evaluasi diketahui masih terdapat kekurangan pada pihak panitia dalam mempersiapkan tempat atau keperluan lain. Akhirnya pada kegiatan selanjutnya, pihak panitia diharapkan dapat mengantisipasi kesalahan agar kegiatan dapat berjalan lebih baik.
2.4.5        Pengembangan Program Berdasarkan Hasil Monitoring
Pada tahap 2, terdapat beberapa kegiatan yang mendukung berjalannya program. Salah satunya yakni sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan rumah dan di sungai. Dalam melakukan sosialisasi ini, penyuluh terlalu kaku saat menyampaikan materinya. Sehingga masyarakat kurang tertarik dengan apa yang disampaikan. Untuk itu, penyuluh diberikan pelatihan kembali agar pada kegiatan yang selanjutnya, penyuluh dapat menyampaikan informasi dengan lebih baik dan menarik.
2.5            Evaluasi
2.5.1        Evaluasi Untuk Mencapai Tujuan
Dalam evaluasi ini, pembuat program menilai hasil realisasi program. Dimana dilihat bagaimana keterkaitan antara perencanaan dengan implementasi dari program. Dengan melakukan evaluasi, dapat diketahui masalah-masalah apa saja yang timbul dalam implementasi dari program, meliputi :
a.       Pemateri
Pada tahap perencanaan, diharapkan pemateri dapat menyampaikan informasi dengan baik dan menarik, sedangkan dalam implementasinya, pemateri tidak mampu melakukannya. Sehingga untuk mendapatkan kemampan pemateri sesuai yang diharapkan, maka harus dilakukan pelatihan ulang kepada pemateri. Namun apabila setelah mendapatkan pelatihan ulang si pemateri masih saja belum mampu menyampaikan informasi dengan baik dan menarik, maka program ini dapat dilanjutkan melalui media yang ada.
b.      Audience / masyarakat
Pada saat pelaksanaan, bisa terjadi berbagai macam persoalan dalam program ini mengenai masyarakatnya. Contohnya, masyarakat yang masih pasif dan belum bisa memberikan usulan-usulan tentang bagaimana cara untuk mengembangkan program. Masyarakat yang pasif ini bisa terjadi karena mereka masih belum berusaha menyampaikan pendapat atau aspirasinya dalam diskusi yang dilakukan atau dalam kegitan-kegiatan yang dilaksanakan.
c.       Media
Adanya kesalahan dalam penggunaan media. Contohnya, leaflet yang ditempel dan bukannya diberikan kepada masyarakat secara langsung.
2.5.2        Analisa Efek Semua Aktifitas dan Media
Dalam evaluasi ini, dilihat apakah program yang dilaksanakan telah mampu menyelesaikan masalah atau belum. Di sini, pembuat program menyusun report atau laporan peran program terhadap peningkatan perilaku masyarakat. Setelah dilaksanakan, program ini telah memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku masyarakat dari yang kurang memperhatikan sampah menjadi peduli dengan masalah sampah yang sejatinya dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Meskipun telah dapat merubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik, namun dalam program ini perlu adanya variasi kegiatan yang dapat membuat masyarakat terus-menerus mempertahankan perilaku yang baik ini.
2.6  Rencana Ulang
2.6.1        Program Improvement
Program ini membutuhkan saran/masukan yang didapat dari hasil evaluasi sebelumnya, yakni :
a.       Pemateri/penyuluh yang masih kaku
Untuk mengatasi ini, akan dilakukan pelatihan lagi terhadap pemateri/penyuluh agar bisa lebih luwes dalam menyampaikan informasi. Selain itu juga dengan melakukan pengembangan media.
b.      Audience / masyarakat
Untuk masyarakat yang masih kurang aktif (pasif) dalam menyampaikan aspirasinya, bisa diberikan pelatihan juga kepada masyarakat. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan berbicara di depan umum. Selain itu, untuk masyarakat yang memang benar-benar kurang mampu berbicara di depan umum karena malu, dapat diberikan pelatihan bagaimana cara menuliskan aspirasi/pendapatnya dalam sebuah surat yang bisa dimasukkan ke dalam kotak-kotak kecil dengan nama “Kotak Aspirasi”. Kotak-kotak ini disediakan panitia untuk masyarakat yang ingin menuliskan aspirasi/pendapatnya.
c.       Media
Untuk ini, penyuluh diberikan pengetahuan juga tentang bagaimana cara menggunakan leaflet, poster, dan media-media yang lain agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
2.6.2        Masukan Bagi Program Selanjutnya
Dalam implementasi pada program selanjutnya, dengan adanya program improvement dapat membuat program ini berjalan lebih lancar dan lebih baik dari sebelumnya.
§  Sebelum melakukan penyuluhan kegiatan, pemateri/ penyuluh, benar-benar dilatih supaya dapat menyampaikan materi dengan baik.
§   Menyediakan “Kotak Aspirasi” untuk masyarakat sebagai alat untuk menyampaikan aspirasi/pendapatnya.
§  Menggunakan media sesuai dengan fungsi dan tempatnya. Contohnya, leaflet untuk dibagikan secara langsung pada masyarakat, poster untuk ditempel, dan lain sebagainya.
2.6.3        Hasil dan Dampak
Hasil yang telah didapatkan dari program ini adalah adanya kebiasaan masyarakat yang positif yaitu rutin untuk kerja bakti bersama sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan lingkungan mereka dari sampah. Apalagi dengan adanya reward yang menambah semangat warga untuk berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam program ini serta adanya punishment yang nantinya akan membuat orang jera untuk melakukan pelanggaran membuang sampah sembarangan. Jadi ada kontrol dari masyrakat dan panitia program dalam mengawasi jalannya program ini.
Dampak yang dihasilkan dari program ini adalah semakin banyak warga yang tersadarkan dan tergerak untuk peduli dengan kesehatan lingkungan dari sampah serta mengembangkan kreativitas warga dalam memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang sebgai penghasilan tambahan bagi mereka.
2.6.4        Sebarkan Hasil
Segala kegiatan yang mencakup program ini, terutama ketika pelaksanaannya, dibuatlah dokumentasi mengenai jalannya pelaksanaan program ini yaitu kerja bakti tiap minggu serta dibua juga reportase tentang program tersebut ketika dilaksanakan. Meliput berbagai foto warga yang sedang kerja bakti, foto warga yang mendapat reward atau punishment sehingga warga yang lain pun ikut tergerak untuk ikut serta dalam program ini. Kemudian bentuk komunitas di jejaring sosial misalnya facebook untuk menyebarkan opini tentang program yang dijalankan dengan mengunggah berbagai foto kegiatan, hasil dari kreativitas warga sebagai bukti program tersebut dijalankan dan terbukti membawa dampak yang positif sehingga membuat warga yang lain tertarik untuk membuat program yang serupa. Jika ada kemungkinan kritik dan saran maka dapat menjadi evaluasi bagi program ini untuk dikembangkan lebih baik ke depannya. Dengan demikian,semakin banyak orang tertarik dan tersadarkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Sehingga lingkungan bersih bebas sampah dapat terwujud.
2.6.5        Tentukan Kebutuhan yang Akan Datang
Setelah dilakukannya evaluasi, dapat diketahui kebutuhan warga mengingat masyarakat adalah dinamis, jadi dapat berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman sehingga perlu adanya revisi dari program ini. Dengan demikian kebutuhan masyarakat yang terus menerus berubah – ubah membuat program ini harus senantiasa dikembangkan. Adapun beberapa kebutuhan yang akan datang dari program ini:
a.       Perlunya adanya variasi kegiatan dalam program ini agar masyarakat tidak jenuh, misalnya seskali menghadirkan tokoh-tokoh yang terkenal akan intelektualnya yang dapat memotivasi warga untuk hidup bersih.
b.      Perlunya adanya variasi reward yang dapat membuat warga semakin termotivasi.
c.       Perlunya adanya bincang-bincang khusus antar warga dan panitia program guna mendengarkan keluhan atau kritikan atas program yang dijalankan.
2.6.6        Revisi dan Re-design Program
Kelemahan dalam program ini adalah adanya potensi kejenuhan dari warga atas program ini karena hanya sebagai rutinitas tiap minggu. Jika dilihat dari prosesnya, program ini sebenarnya mampu untuk menarik minat masyarakat untuk hidup bersih, namun tidak menutup kemungkinan adanya kejenuhan dari masyarakat akan kegiatan yang monoton. Tetapi hal ini bisa dicegah dengan adanya pengembangan program  sesuai dengan masyarakat yang dinamis yang telah disebutkan di pembahasan sebelumnya.








Daftar Pustaka
Aink. 2011. Pengertian Evaluasi Program, Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program serta Tujuan Evaluasi Program, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23917/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada 19 November 2013
Anonim. 2008. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT, http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id/sampah/file/384155276_pengelolaan_sampah_berbasis_masyarakat.pdf, diakses pada 13 November 201
Demartoto,Argyo.2010.SosiologiKesehatan,http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/sosiologi-kesehatan1.pdf, diakses pada 19 November 2013
Marchend, Sabbath. 2011. Pengolahan Sampah, http://www.sanitasi.or.id/ppsp/wp-content/uploads/pdf/persampahan/materi1/9_pengolahan_sampah.pdf, diakses pada 13 November 2013